Jum 19 Ramadhan 1445AH 29-3-2024AD
ArtikelFEATUREDFotoGaleri

Guru Dalam Alquran

Sangat tidak mudah menyimpulkan siapa sebenarnya itu guru. Sudah sekian banyak tulisan ditorehkan untuk menganalisa siapa itu guru, tetapi semua tulisan itu masih tetap kurang untuk menggambarkan secara utuh siapa itu sebenarnya guru. Belum lagi, kalau kita lihat dalam pandangan Alquran. Ternyata, di dalam pandangan kitab suci itu, guru bukan hanya terbatas pada sosok manusia, Malaikat, Nabi dan bahkan Allah swt. juga diakui oleh Alquran sebagai guru.

Tapi, di balik kesulitan menyimpulkan itu, kelihatannya satu yang pasti; tugas utama guru itu bukan untuk mempintarkan manusia, akan tetapi untuk membaikkan manusia. Itu demikian karena manusia pintar yang tidak baik ternyata bukan hanya tidak bermanfaat, akan tetapi justru merusak. Itu sebabnya, agaknya, mengapa semua kosakata yang digunakan oleh Alquran untuk menggambarkan tugas-tugas kenabian, yang juga merupakan tugas-tugas guru, lebih banyak bermuatan spiritual tinimbang bermuatan intelektual.

Mari kita dalami misalnya kosakata “yatlu ‘alaihim“, “yuzakkihim” dan “yu’allim” dalam Q.S. 2:129,151; 3:164; dan 62: 2. Semua kosakata itu sangat kental dengan muatan spiritual, bukan muatan intelektual. Dan, bukankah Nabi Muhammad saw. pernah mengatakan bahwa beliau diutus bukan untuk mempintarkan manusia, akan tetapi untuk membaikkan manusia?. Nampaknya, itu sebabnya mengapa Nabi Muhammad saw. selalu mengatakan bahwa beliau diutus untuk memperbaiki akhlak manusia.

Kesimpulannya, tugas utama guru bukan untuk mempintarkan pikiran manusia, akan tetapi untuk mensucikan batin mereka. Caranya, dengan keteladanan dan pembiasaan, bukan dengan kejeniusan atau kepintaran.

Ditulis oleh: Dr. Charles Rangkuti, M. Pd. I.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *