Pengasuhan Adalah Utang Orang Tua Pada Anak
Oleh : Iwan Januar
Oxana Malaya adalah gadis cilik bernasib mengenaskan dari Ukraine. Pada tahun 1991 sejumlah orang menemukan Oxana hidup di antara sekumpulan anjing di sebuah kandang. Usianya delapan tahun ketika itu dan ia sudah tinggal di sana selama enam tahun. Kedua orangtuanya pemabuk dan suatu hari mereka meninggalkan Oxana di luar rumah.
Demi mencari kehangatan, gadis kecil itu merangkak menuju kandang anjing di pertanian kemudian meringkuk bersama anjing-anjing gelandangan dan kemungkinan besar tindakan itu menyelamatkan hidupnya.
Karena hidup bertahun-tahun dengan kawanan anjing, gadis Ukraina itu berlari layaknya anjing, dengan kaki dan tangannya, menjulur-julurkan lidah, memperlihatkan gigi dan menggonggong. Dan karena hampir tak pernah berhubungan dengan manusia, kata yang ia tahu cuma “ya” dan “tidak”.
Oxana adalah contoh ekstrim dampak sebuah ‘pengasuhan’. Anak-anak yang tumbuh dari pengasuhan yang gagal akan kehilangan sifat kemanusiaannya. Semakin banyak dan sering anak kehilangan pengasuhan dan kasih sayang, semakin banyak defisit sifat kemanusiaan pada mereka.
Banyak riset menunjukkan anak-anak dan remaja berperilaku antisosial adalah buah penelantaran pengasuhan dari orang tua mereka. Akal dan batin mereka kering, akibatnya mereka gampang bersikap kasar secara verbal atau fisik pada orang lain, membully, emosi meledak-ledak, atau cuek pada lingkungan, sampai terlibat dalam aksi kejahatan. Ada juga yang muncul sebagai anak yang inferior, tidak punya kepercayaan diri, pemurung dan penyendiri.
Psikolog Kory Floyd PhD dalam Psycholog Today mengistilahkan anak-anak dan orang dewasa yang berperilaku seperti itu sebagai kelompok yang mengalami ‘lapar sentuhan’ (skin hunger).
Ia mengatakan tubuh manusia memberikan sinyal ketika lapar maka membutuhkan makan, haus membutuhkan minum, dan letih membutuhkan tidur. Demikian pula ketika mereka mengalami kekurangan kasih sayang maka tubuh akan merespon dengan perasaan ‘lapar sentuhan’. Orang yang mengalami lapar sentuhan dalam hidupnya akan merasa kurang bahagia, kesepian, dan lebih merasa depresi juga stress. Mereka juga memiliki kepuasan hubungan sosial yang rendah dan terkena kondisi alexithymia, suatu kondisi dimana mereka kesulitan mengekspresikan dan mencerna emosi.
Karenanya pengasuhan adalah utang orangtua pada anak, dan itu menuntut pembayaran. Orang tua yang jarang meluangkan waktu bersama dengan anak akan membuat anak merasa terasingkan dan mengalami kesulitan membangun hubungan sosial dengan orang lain. Anak yang sering dimarahi orang tua, dapat panggilan buruk, dicela, akan kehilangan kepercayaan diri, mudah marah, dan membully orang lain.
Ketika mereka beranjak dewasa perilaku itu terus menjadi. Tidak sedikit orang tua dipusingkan dengan tingkah laku putra-putri mereka yang tidak dewasa pada usianya. Minim tanggung jawab, tak ada keinginan untuk berumah tangga, dan ketika sudah berkeluarga sering terlibat cekcok dengan pasangan dan menelantarkan anak.
Pahamilah kalau itu semua adalah ‘tagihan’ pengasuhan yang dituntut anak dari orang tua. Anak-anak yang minim pengalaman kasih sayang dan terus mengalami lapar sentuhan dari keluarga. Musibah ini bisa berlanjut saat berkeluarga karena mereka tak memiliki pengalaman dalam membagi kasih sayang pada pasangan dan anak-anak mereka. Rumah tangga semacam ini rentan mengalami perceraian.
Orang tua harus mewaspadai terjadinya utang pengasuhan pada anak yang berdampak lapar sentuhan pada anak. Karena hal ini bisa berdampak pada masa depan anak, bahkan pada keluarga yang mereka bangun.
Karenanya sedari dini orang tua patut mewaspadai defisit pengasuhan pada anak-anak. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
PERTAMA, meluangkan waktu untuk memberikan waktu berkualitas bersama anak seperti saat mereka sakit, bagi rapot, pentas di sekolah, dan sesekali mengantar ke sekolah atau tempat pengajian. Rasulullah SAW. selalu menghibur anak-anak yang bersedih seperti saat ada seorang anak berjuluk Abu Umair bersedih karena burung peliharaannya mati. Beliau menghampiri dan menghiburnya.
KEDUA, memberi perhatian dan kasih sayang yang penuh pada mereka. Simak celoteh anak dan singkirkan gadget Anda. Saat memeluk mereka maka peluklah erat dan ekspresikan suara Anda seperti orang yang kangen lama tak bertemu dan katakan Anda sayang pada mereka. Rasulullah SAW. sering bercanda dengan cucu-cucu Beliau, bermain kuda-kudaan, atau menggendong mereka saat shalat.
KETIGA, hindari marah yang tak perlu, apalagi kata-kata celaan dan pukulan pada anak. Rasulullah SAW. menyebutkan bahwa ciri seorang muslim yang baik adalah yang orang lain selamat dari gangguan lidahnya dan tangannya. Bila Anda harus menghukum mereka, maka berilah hukuman yang sepadan sesuai tuntunan Syariah Islam.
KEEMPAT, saat mereka sudah beranjak baligh atau remaja, tetaplah beri kasih sayang dengan kadar yang pas. Perlakukan mereka seperti orang dewasa, beri tanggung jawab, dan puji sikap baik mereka. Nabi SAW. adalah orang yang tak lepas memberikan pujian kepada para sahabat dan mendoakan mereka.